Dejavu

Siang tadi aku, papa, sepupuku dan suaminya berkunjung ke sebuah tempat makan yang menjadi langganan papa sejak lama dengan menu andalannya yaitu ikan mas bakar.

Lokasi rumah makannya tidak terletak di pinggir jalan, melainkan harus masuk gang yang kanan kirinya ditumbuhi pohon bambu, rasanya seperti dihutan bambu. Jarak dari jalan raya perkiraanku sekitar kurang lebih 50 meter, aku tidak menduga jika terdapat rumah makan di ujung jalannya.

Sesampainya di lokasi rumah makan tersebut, pandanganku langsung tertuju pada gedung putih di sekitarnya yang biasa digunakan untuk kegiatan semacam penyuluhan atau sosialisasi kantor-kantor dulu, berdasarkan informasi dari papa.


Penampakan dan suasana gedung putih
(Dok. Pribadi)

Aku hanya kaget karena lokasi rumah makannya persis seperti yang ada di dalam salah satu mimpiku tahun lalu, terlebih gedung putih dan jalanan yang di kelilingi pohon bambu disertai pepohonan lain yang cukup rimbun untuk menuju lokasi tersebut. Lambat laun pikiranku tertuju pada memori masa lampau sekitar tahun 2016/2017 di mana ternyata aku pernah satu kali berkunjung ke rumah makan tersebut dengan rekan kantor semasa kuliah. Aku ingat sekali dengan suasana tempat pemancingannya.

Gang yang dipenuhi pepohonan untuk menuju rumah makan
(Dok. Pribadi)
Lokasi pemancingannya
(Dok. Pribadi)

Ajaibnya, memori yang sempat hilang dalam ingatanku bisa hadir dalam mimpiku yang bahkan aku saja sudah melupakan mimpi itu, namun kembali teringat jelas tiap adegan dalam mimpi itu saat melihat gedung putih dan suasana di lokasi rumah makan.

Banyak yang berubah dari rumah makannya, sekarang sudah terlihat sangat tua dan sepi. Aku kurang nyaman karena meja-mejanya yang kotor, namun untuk rasa ikan mas bakar dan sambalnya enak. Sayangnya aku tidak sempat mengabadikan sajian makanannya karena merasa tidak nyaman dengan meja dan kursi yang seperti sudah lama tak terisi. Ha ... ha ... aku memang agak sensitif dengan tempat yang kotor, terlebih jika aku menemukan kotoran cecak, suasana hati sudah tidak tertolong. Untunglah rasa masakan dan banyaknya kucing yang mengelilingi meja makan menjadi penghibur yang membuatku lupa dengan hal sensitif tersebut.

Akhir cerita, alasanku menuliskan ini adalah untuk mengingatkanku bahwa betapa menakjubkannya pikiran yang telah Allah ciptakan. Kenangan yang sudah aku lupa dapat muncul dalam mimpiku, dan siang tadi aku melihat sendiri bahwa tempat yang ada dalam mimpiku itu nyata keberadaannya. MasyaAllah.
Reactions

Posting Komentar

0 Komentar