Zara Boy

Lima hari di Kota Malang sudah lumayan cukup untuk aku mengerti berberapa perbedaan dengan Kota asalku, Serang.
Di Malang bukan saja hanya menyambung silaturrahmi dengan teman baru, namun dengan keluarga yang telah lama tak bersua.
Bukan hanya rasa senang yang ada di Malang.
Rasa bersalah, menyesal, kebingungan, malu, gusar, bahkan terkadang kesia-siaan. 
Kamu tau, bukan hanya di Kotanya saja, bahkan di perjalanannya pun aku menemukan cerita-cerita baru, yang pastinya membuat aku mampu tertawa.
Dipenghujung rasa terburuku, khawatir tertinggal kereta saat hendak melaksanakan shalat maghrib, bahan kuning mengisi mataku.
Teringat salah satu video relay dance TXT saat membawakan lagu untuk MOA (sebutan fans-nya).
Ia memang bukan seorang yang wajar dan ideal sebagai manusia, dan wajar pembawaannya membuat mata orang lain tertuju padanya.
Lucu bukan :)
Iya, sangat lucu. Aku selalu tertawa dibuatnya, tingkahnya menggemaskan, juga menyenangkan saat berbicara dan bercanda.
Aku suka dengan keramahan dan keterbukaannya yang ia tampakkan pada orang lain.
Tanpa diduga, ia memberiku pop mie rasa kari ayam selepas dari gerbong restorasi dengan gaya pemberiannya yg khas dan begitu ringan.
Aku iri, karena itu pasti terasa sulit untukku melakukannya, tapi dia melakukannya begitu saja.
Terima kasih. 
Tapi aku sedang malas makan, dan juga masih kenyang setelah memakan menu ayam geprek kereta. 
Namun sebagai bentuk menghargai pemberian, akupun memakannya, hanya 3 suapan. 
Mie sudah sangat mengembang, sedangkan airnya sudah surut berlarut, membuat bumbu terasa sangat asin.
Aku pun memakannya sambil sesekali memejamkan mataku.
Terima kasih. Zara Boy Yellow!


_Kereta Mataraja, Malang-Pasar Senen


Reactions

Posting Komentar

0 Komentar